BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kegiatan agroindustri merupakan
bagian integral dari sektor pertanian mempunyai kontribusi penting dalam proses
industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Efek agroindustri tidak hanya
mentransformasikan produk primer ke produk olahan tetapi juga budaya kerja dari
agraris tradisional yang menciptakan nilai tambah rendah menjadi budaya kerja
industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi. Kebijakan pembangunan
agroindustri antara lain kebijakan investasi, teknologi dan lokasi agroindustri
harus mendapat pertimbangan utama. (Suryana, 2005) Upaya peningkatan nilai
tambah melalui agroindustri, selain meningkatkan pendapatan juga berperan dalam
penyediaan pangan yang beragam dan bermutu. Teknologi merupakan salah satu
faktor menunjang keberhasilan pengembangan sistem agroindustri di pedesaan
dengan aspek tepat guna, efisien, dan mudah diterapkan (Departemen Pertanian,
2008). Industrialisasi pedesaan merupakan suatu proses yang dicirikan dengan
penggunaan alat-alat mekanis dalam sektor pertanian dan semakin berkembangnya
industri pengolahan hasil-hasil pertanian. Dampak dari industrialisasi tersebut
dapat diwujudkan melalui keterkaitan yang saling menguntungkan antara petani
produsen dengan industri pengolahan dalam mewujudkan pembangunan ekonomi
pedesaan. Implementasi diversifikasi pangan dapat berjalan dengan baik bila
tersedia bahan pangan sumber karbohidrat secara beragam dengan kualitas dan
kuantitas yang terjamin mutunya. Tanaman
gandum merupakan tanaman sumber karbohidrat utama dengan nilai gizi setara
beras bahkan mempunyai kelebihan mengandung gluten untuk daya kembang adonan
yang pada serealia lainnya jumlah sangat kecil bahkan tidak ada. Ketergantungan
masyarakat Indonesia pada tepung terigu sudah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan. Indonesia terpaksa melakukan impor karena gandum bukan
merupakan tanaman asli Indonesia. Jumlah impor gandum tahun 2004 yang mencapai
kurang lebih 4.5 juta ton memposisikan Indonesia sebagai negara importir gandum
kelima terbesar di dunia setelah Mesir, China, Jepang dan Brasil. (Departemen
Pertanian, 2008)
Ketergantungan bahan pangan impor
tersebut sangat membahayakan ketahanan pangan negara kita. Oleh sebab itu,
sudah saatnya Indonesia mulai melepaskan ketergantungan pada gandum impor.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan atas
gandum impor adalah mensubstitusi tepung terigu dengan bahan baku tepung lokal
yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pengembangan gandum di dalam negeri diharapkan
menjadi alternatif ketersediaan pangan di dalam negeri. Sampai saat ini,
kontribusi industri terigu terhadap perekonomian nasional juga pantas untuk
diperhitungkan.
Nilai penjualan rata-rata per tahun
mencapai 6 trilyun. Dari jumlah ini, sektor Usaha Kecil Menegah (UKM) berbasis
gandum (industri kecil pembuat roti, mie, kue kering dan lainnya) yang
berjumlah sekitar 30 ribu unit, menyerap 64.8 persen produk tepung terigu.
Dengan pangsa pasar yang sedemikian besar maka pemerintah mempunyai kebijakan
untuk memperkecil impor gandum dengan substitusi produk tepung-tepungan yang
diproduksi melalui budidaya seperti gandum, ubijalar dan talas serta tanaman
penghasil pati lainnya. Dengan kondisi ini, pengembangan industri tepung gandum
memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Dalam kondisi perekonomian saat ini
serta nilai tukar rupiah yang rendah, pemenuhan kebutuhan gandum dalam negeri
melalui impor sangat memberatkan. Dampak kenaikan harga gandum telah berdampak
luas khususnya pada industri yang menggunakan bahan-baku gandum, sedangkan pola
konsumsi makanan akibat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk
mengakibatkan kebutuhan gandum yang makin tinggi dari tahun ke tahun.
1.2.
Perumusan Masalah
Pengolahan
gandum menjadi tepung di Kabupaten Bandung dilakukan oleh unit usaha
agroindustri skala kecil yang masih menggunakan teknologi pengolahan yang cukup
sederhana. Unit usaha agroindustri tepung gandum ini diharapkan berkembang
menjadi unit usaha mandiri dan profesional serta dikelola secara profesional
dengan ciri berorientasi bisnis yang sehat, baik secara teknis, ekonomi,
sosial, layak dan menguntungkan serta berkelanjutan.
Dengan
demikian, pengembangan usaha perlu ditelaah lebih lanjut apakah layak atau
tidak untuk dikembangkan serta biaya yang ada dapat digunakan agar dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk pengembangan usaha lebih lanjut.
Selanjutnya, perlu dilakukan analisis finansial yang lebih terinci untuk
mengetahui keuntungan yang akan diperoleh gapoktan, mengingat unit usaha agroindustri
tepung gandum tersebut baru beroperasi. Agroindustri tepung gandum dapat
bertahan dan semakin berkembang seiring dengan permintaan produk olahannya yang
semakin meningkat apabila pengelola dapat mengidentifikasi kelemahan dan
potensi yang ada. Apabila pengelola telah mengetahui faktor-faktor strategik
internal dan eksternal yang dimiliki tepung berbasis gandum, maka mereka dapat
menyusun strategi yang paling tepat untuk pengembangan tepung gandum di masa
mendatang. Faktor yang melemahkan hendaknya dapat diminimumkan atau dicari
pemecahannya, sementara potensi yang dimiliki harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
supaya dapat memberikan hasil yang maksimum. Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas, maka secara khusus masalah pokok penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1)
Faktor-faktor
strategik apakah yang mempengaruhi pengembangan usaha agroindustri tepung
gandum?
2)
Apakah
unit usaha agroindustri tepung gandum ini layak dikembangkan?.
3)
Bagaimana
bentuk strategi pengembangan usaha agroindustri tepung gandum?
1.3.
Tujuan masalah
1)
Mengetahui
faktor-faktor strategik yang mempengaruhi usaha agroindustri tepung gandum
2)
Mengetahui
kelayakan usaha agroindustri tepung gandum.
3)
Menyusun
strategi yang tepat dalam rangka pengembangan usaha agorindustri tepung gandum
kedepan .
1.4. Kegunaan
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dampak yang positif bagi berbagai pihak, antara lain :
1)
Pihak-pihak
yang terlibat dalam kawasan usaha agroindustri gandum baik
para petani
maupun masyarakat di sekitarnya.
2)
Pemerintah,
sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
agroindustri
tepung gandum selanjutnya.
3)
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi dan
pertimbangan
dalam penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang
Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di unit pengolahan
tepung gandum yang mengolah gandum kering menjadi tepung dan dikelola oleh
gabungan kelompok tani . Unit usaha pengolahan gandum merupakan unit usaha
mesin pengolahan gandum yang terdiri dari : perontok dan pembersih, penyosoh,
penepung, purifier, dan timbangan digital yang dikelola oleh gabungan kelompok
tani (gapoktan) gandum yakni gapoktan Laksana Mekar dan Rahayu. Adapun aspek
yang dikaji dalam penelitian ini adalah kelayakan usaha dari aspek keuangan
unit usaha dan analisa alternatif strategi yang perlu di lakukan dalam rangka
pengembangan unit usaha agroindustri tepung gandum .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka
Pemikiran
Dari karakteristik
unit usaha agroindustri tepung gandum di Kabupaten Bandung, dilakukan kajian
terhadap kondisi umum, kelayakan usaha dari keuangan, identifikasi
faktor-faktor strategi internal dan eksternal serta strategi usaha unit
agroindustri tepung gandum. Berdasarkan data yang ada, kemudian dilakukan
analisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisa tersebut
kemudian diinterpretasikan dan diperoleh hasil analisa kelayakan usaha dan
strategi pengembangan unit usaha agroindustri tepung gandum sehingga diperoleh
unit usaha agroindustri tepung gandum yang prospektif.
Karakteristik Unit Usaha Agroindustri
Tepung Gandum Kajian
|
Kajian Terhadap:
-
Kondisi Umum
-
Aspek Kelayakan
-
Identifikasi Faktor-Faktor Strategik Internal dan Eksternal
-
Aspek Kajian Strategi
|
Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif
Interpretasi Hasil Analisa
Kelayakan Usaha
|
Interpetasi hasil analisa
|
Kelayakan usaha (1)
|
Strategi pengembangan usaha (2)
|
Unit usaha agro industry
gandum yang propektif
|
Gambar : kerangka pemikiran penelitian
3.2. Penentuan Lokasi
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu
didasarkan pada pertimbangan : (1) Kabupaten Bandung merupakan salah satu
daerah pengembangan areal penanaman gandum yang dilakukan departemen Pertanian
(Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 2009). (2) unit usaha agroindustri tepung
gandum di Kabupaten Bandung merupakan salah satu unit usaha binaan di
Departemen Pertanian, (3) adanya ketersediaan data yang diperlukan pada unit
usaha agroindustri di Kab. Bandung, menjadikan lokasi tersebut menjadi lokasi
kajian.
3.3. Data dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer yang
berasal dari sumber data yakni: petani, Gapoktan, pedagang (mitra usaha), serta
instansi terkait dan data sekunder berupa tinjauan pustaka dan dokumen.
Responden di tingkat Gapoktan, responden terdiri atas Ketua Gapoktan, Kepala
Unit Usaha Gapoktan dan Sekretaris Gapoktan. Sedangkan ditingkat petani yang
menjadi responden adalah petani gandum yang menjadi anggota Gapoktan Gandum.
Responden ditingkat pedagang adalah pengusaha tepung gandum. Ditingkat instansi
pemerintahan, responden merupakan petugas dinas pertanian Kabupaten Bandung.
3.4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel dilakukan secara purposive samplingterhadap
responden dan jumlah seluruh responden yang digunakan sebanyak 35 orang. 3.5.
Metode Pengumpulan Data Metode kerja yang digunakan dalam studi adalah dengan
metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang ada di
lapangan, selanjutnya berdasarkan fakta – fakta yang tampak dilakukan analisis
berdasarkan teori – teori terkait.
a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan,
wawancara (interview) dengan alat bantu kuesioner (terlampir) terhadap anggota
kelompok tani, ketua gapoktan, seksi pemberdayaan alat unit usaha agroindustri
tepung gandum, pengusaha makanan dan petugas dari instansi bidang terkait melalui
alat bantu kuesioner. 28
b. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen
dan
laporan instansi terkait.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data.
Pengolahan data dilakukan secara manual dan bantuan komputer dengan
program excel. Analisis data yang dilakukan adalah analisis kelayakan dan SWOT.
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data
adalah :
1. Metode Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi
potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan
bahan baku yang telah dikeluarkan oleh unit usaha.
2. Metode analisis yang dilakukan adalah analisis kelayakan usaha
dari aspek berupa Matriks Pay Back Period(PBP), Net Benefit Cost Ratio(Net
B/C), Break Even Point(BEP), Net Present Value(NPV) dan Internal Rate of
Return(IRR), MatriksExternal Factor
Evaluation(EFE), Internal Factor Evaluation(IFE) dan Analisis SWOT.
1). Analisa
Kelayakan Usaha Dari Aspek Keuangan
Dalam
penelitian ini dilakukan pengkajian analisa kelayakan usaha dari aspek keuangan
yang terdiri dari :
a. Komponen dan
struktur biaya.
Komponen biaya
mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain.
Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi biaya investasi, yaitu biaya
perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi. Biaya
operasi meliputi biaya pembelian gandum, biaya bahan pembantu, biaya
pengemasan, upah pekerja, pembelian bahan pembantu produksi, biaya peralatan,
kendaraan dan biaya overhead.
b. Pendapatan
Pendapatan
adalah total hasil penjualan unit usaha agroindustri, yang didasarkan pada proyeksi
selama berdirinya unit usaha ini .
c. Kebutuhan
Modal dan Kredit
Dalam menunjang
pengembangan perusahaan diperlukan modal kerja dan modal.
d. BEP
BEP atau titik
impas adalah suatu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya
biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh proyek.
2). Analisis
Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal
Penilaian
internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki perusahaan. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal
adalah dengan menggunakan matriks Internal factor Evaluation (IFE).
3). Analisis
Matriks Internal dan Eksternal
Gabungan kedua
matriks tersebut menghasilkan matriks Internal Eksternal(IE) yang berisikan
sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari
matriks-matriks IFE dan EFE.
4). Analisisis
Pengembangan Usaha.
Alat yang
dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan adalah matriks SWOT.
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan
alternatif strategi. Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat
dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan
usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat
memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi
ancaman yang ada. Melalui matriks SWOT didapatkan alternatif strategi untuk
menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang
tepat.
Semoga bermanfaat
ReplyDeleteMenjual berbagai macam jenis Chemical untuk Boiler,cooling tower chiller dan waste water treatment ,evapator Oli Industri defoamer dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
ReplyDeleteWA 081310849918
Terima kasih
Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.
ReplyDelete